Ilustrasi persiapan pameran Caang. (Foto: Fachrul Irwinsyah) |
Ya, pameran ini seharusnya terlaksanan pada Maret 2014. Tapi karena berbagai hal, jadilah pameran ini baru terlaksana pada 25 Maret 2015. Waktu yang lama untuk persiapan? Tidak juga, karena selama setahun itu kami mengulang pendidikan bagi Caang. Bahkan kami mengawalinya dengan membuka kembali pendaftaran Caang dan menyebut pendidikan itu sebagai pendidikan Caang 18 part 2.
Berbagai masalah pada pendidikan pertama coba kami perbaiki. Dalam kurun waktu sekitar 3 bulan kami buat formula yang sekiranya tepat bagi mereka yang besar di era KPOP. Menyusun kembali jadwal pendidikan mulai dari pengenalan kamera, cuci cetak film BW, pengenalan “teknik 21” hingga pameran Caang. Kami juga menghapuskan penggunaan kamera analog (film) untuk hunting tugas. Satu hal yang jelas berbeda bila dibandingkan pendidikan sebelumnya yang sempat merasakan era klise.
Dalam persiapan pameran pun kami coba ubah. Bila biasanya kurator ditunjuk ketika foto sudah ada, kali ini kami menunjuk lebih dulu kurator foto untuk mereka. Kurator foto itu yang akan menuntun mereka untuk menghasilkan karya foto seperti konsep yang telah mereka presentasikan. Bukan hanya kurator foto, dalam persiapan pameran Caang kali ini kami juga membekali mereka dengan materi penulisan narasi. Maklum saja yang sudah-sudah Caang baru buat narasi foto mereka di subuh hari pembukaan.
Perbedaan yang paling terlihat jelas di pameran berposter kait bra itu adalah display pameran mereka. Kami mencetak foto mereka yang telah di-layout itu di sebuah kertas laster berukuran 2x1 meter. Ini tentu berbeda dibandingkan dengan pameran Caang sebelumnya yang menggunakan bingkai dan cetakan foto. Lalu lampu partisi yang sempat digunakan di “See The Street” kami gunakan kembali menerangi foto-foto mereka. Buah dari “uji coba” angkatan 17 yang sempat memakai lampu buatan demi mempercantik tampilan foto di pameran Caang 17, Routines.
Meskipun telah tersusun rapih, formula yang kami buat itu belum banyak membuahkan hasil. Semua yang terjadwal dengan rapih harus ada yang molor. Entah pada pendidikan dasar atau ketika persiapan pameran. Puncaknya pembukaan pameran harus ditunda satu hari dari rencana awal (24 Maret). Ah…
Pun begitu dengan hasil cetakan pameran. Media cetak yang baru membuat kami tak punya patokan warna yang tepat dan waktu yang mepet membuat kami tergesa meyelesaikannya. Alhasil warna pada foto pun turun drastis tanpa bisa diperbaiki lagi. Sungguh mengecewakan.
Pameran bertajuk “Suryakanta” itu mungkin bukanlah pameran terbaik yang pernah dibuat Caang. Juga dengan pendidikan yang mereka jalankan, mungkin bukanlah pendidikan yang tepat dan harus dibenahi bahkan dirubah. Tapi setidaknya kami telah mencoba untuk menghasilkan para penghuni baru “ruang kecil”. Dengan harapan bersama mereka “ruang kecil” itu bisa terlihat besar dengan karya-karya hebat mereka. Seperti fungsi suryakanta yakni kaca pembesar.
Kekurangan dan ketidakpuasan di pameran kali ini juga bisa menjadi alasan bagi mereka untuk kembali mengadakan pameran dan tentunya dengan karya yang lebih menakjubkan. Di tempat yang lebih baik daripada ruangan busuk yang coba kita sulap menjadi galeri foto pada pameran kali ini.